Friday, January 31, 2020

Manusia





Manusia
Oleh : Afrida Yeni

Aku pernah begitu sombong
Kulihat takdir tidak akan berani mencampuri ku
Lalu aku pernah begitu percaya diri
Bahwa apa yang kumiliki tidak akan meninggalkan pergi
Seketika aku berpikir
Tuhan sudah tidak penting lagi

Gelap hati
Pikiran dan nafsu merajai
Lemah kalbu
Setan masuk mengendalikan diri

Bencana tidak akan pernah datang lagi
Kematian...
Tentu saja dapat ku-hindari
Dan masalahku dapat ku-atasi sendiri

Demikianlah kami berpikir dan bertindak
Sombong menyombongkan
Angkuh dan menafikan
Sedangkan lupa bahwa semuanya dalam kendali Tuhan

Tuesday, January 7, 2020

Lekas



Lekas
Hati, cepatlah bergegas pergi. Disana, kita tidak pernah di anggap ada. Mari, kita berjalan lagi. Bergandengan lalu mencari jalan keluar. Terkadang, mencintai memang hanya mencari jalan untuk pergi.šŸ’š_

Pluviophile
Rabb, 8 Januari 2020

Wednesday, January 1, 2020

[ Monolog ] Kamu Adalah Bintang Jatuh




Aku senang, berada di sudut ruangan dimana tempat itu, aku bisa memikirkan-mu dengan bebas di ujung sana.

Sedangkan.
Setiap orang mencintai orang lain dengan cara yang berbeda. Seandainya saja aku bisa mencintaimu dengan cara yang kau suka. Aku mungkin akan melakukannya.

Aku mencintaimu begitu saja. Memangnya kamu pikir aku belajar materi dan menghafal banyak rumus untuk itu. Tidak, hati ini seolah punya sebuah kompas tersendiri. Dimana kau selalu menjadi arah yang di tuju.

Terkadang, di sudut ruangan itu. Aku memikirkan betapa indahnya ketika kau dan aku terbaring. Melihat langit yang gelap dan banyak bintangnya. Sesekali melihat awan kecil melintas di atas ubun-ubun kita. Atau kalau beruntung kita bisa memandang bintang jatuh. Yang katanya suatu harapan saat itu pasti akan terkabul.

Tapi tidak, aku mungkin lebih banyak melihat wajahmu daripada langit yang gelap itu. Yah, meskipun kau bilang ada banyak bintang di atas sana. Tapi kan kamu itu bintang hatiku, dan kamu tentu lebih dekat denganku saat ini. Aku mungkin juga lebih senang berbicara denganmu daripada kepada awan.

Awan kan jahat, selalu saja menutupi langit yang banyak bintangnya. Masak aku harus berbicara dengan ia, iuuhhh...

Kau tau kan, aku masih saja di sudut ruangan itu.
Tak berani beranjak untuk mengajak.
Sedangkan kau terus berjalan meninggalkan jejak.
Ah, aku pasti sedang bermimpi. Mana mungkin aku ini bisa berbicara dengan-mu. 

Mencintaimu dengan caraku, mungkin kau dan aku hanya memiliki ah tidak-tidak, lebih tepatnya aku hanya akan memiliki 1% kesempatan untuk bersama. Sedangkan menunggumu mencintaiku dengan caramu adalah hmmm.. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa.

Sudah cukup. Hari ini aku benar-benar banyak bermimpi. Katanya jatuh cinta berjuta rasanya.
Manis, asin, pahit, masam, sedih, bahagia, cemburu, curiga, marah, manja, diam, tertawa, menangis, bergurau, bercerita, terkejut, lalu kau memukulku hanya karena lucu.. Ha ha aku sendiri tertawa menertawakan diri sendiri. Ah dasar aku.

Yasudah, ingat saja. Aku ingin sekali duduk, tentu saja bersama kamu sambil menonton sebuah film
Animasi. Lalu membawamu ke sebuah tempat dimana matahari dan bumi bertemu dengan garis laut sebagai saksi.
Kurang ? Pegang saja tanganku. Lalu ku masukkan kau ke air laut yang asin itu...

Hari telah berlalu. Bedanya, aku masih saja memikirkan-mu.  Kalau aku pikir-pikir, kau mungkin bisa saja melakukan semua hal yang terlihat indah dan bahagia seperti itu tanpaku.
Aku mencintaimu. Begitu saja.

Tok tok tok!
Aku masih di sudut ruangan itu.


Monolog Tahun 2020
Pluviophile

<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://broniest.com

Sorry for the inconvenienceā€¦

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service