Sunday, December 27, 2020

Puisi - Bunda dan Surga


 Bun..

Maafkan aku;

Semakin kuat kaki kakiku berjalan, semakin lemah kakimu melangkah.

Dan aku tidak ada di sana.

Bun..

Maafkan aku;

Semakin jelas pandanganku melihat, semakin buram pandanganmu ke semesta.

Dan aku tidak ada di sana.


Bunda.. Ibu dan ayahanda

Maafkan aku;

Dulu kau yang menuntunku, memberiku pelajaran bagaimana berjalan.

Dulu, kau yang mengajariku, berbicara dengan fasih.

Sekarang, bicaramu terdengar lirih.


Bun, bicaralah.

Rasanya aku ingin mendengarkan bunda bercerita.

Sebagimana dulu bunda ingin mendengarkan aku mulai bisa bicara.

Alif, ba' dan ta'


Bun, jujur saja aku benci dengan waktu;

Merampas kebahagiaan masa kecil kita dikala aku naik di punggungmu;

Ketika itu, kurasa dunia mengecil;

Yang tersisa hanya kita;

Berdiri menginjak bumi dengan kepala di angkasa.


Jujur saja, bunda.

Aku merasa baik-baik saja saat kau ada;

Aku merasa kuat saat kita berjalan berdampingan.


Bun..

Aku ingin sekali lagi;

Sekarang, engkau naik ke punggungku.

Lihatlah bagaimana indahnya dunia, berbahagialah.

Mungkin saat itu aku akan menunduk;

Meneteskan air mata.


Bun, kelak di suatu tempat yang bernama surga.

Aku ingin menggendongmu, di punggungku sendiri;

Mengajakmu berjalan berdampingan bersama Tuhan.

Bun..


27 Desember 2020

Broniest.com

๐Ÿ’š๐Ÿ’š๐Ÿ’š๐Ÿ’š๐Ÿ’š๐Ÿ’š

Big love untuk ibu dan calon ibu 

Dan untuk seluruh ibu.

:) Dan kamu. 



Thursday, December 17, 2020

Poetry - Aku




 Aku.

sang wanita di tengah malam.

Tenang memandang bulan.

Berharap purnama datang.

Senyum sapa berakhir pelukan.

Menghangatkan.


Aku.

Sang wanita duduk sepi.

Ditemani rindu menggelayuti.

Meratapi sendu mengisi hati.

Mencintai ,dengan harap kembali.

Sulit di mengerti.


Aku.

Sang wanita dengan keteguhan hati.

Menanti kekasih yang dulu pergi.

Tanpa ragu menyelimuti.

Tak peduli akan sakit nya hati.

Menunggu tanpa memaling diri .

Mengapa begini.


Aku.

Sang wanita yang dulu kau puja.

Dengan segala keindahan kata.

Perhatian dan cinta mesra.

Cinta pertama yang pernah bertahta.

Mengapa merana.


Aku.

Sang wanita yang terlalu setia.

Menunggu takdir cinta.

Yang terencana dalam kitab langit Nya.

Berharap cintanya kembali bersua.

Dengan insan yang dirindunya.

Semoga.


Aku.

Sang wanita yang ingin kau tau.

Bahwa ia setia menunggu.

Dirimu kembali merindu.

Menempati relung hatiku.

Cintamu yang terindah .

Bahagia kembali merekah.

Mungkinkah.

#

#


Penulis :

Zulfah N.N

Cilacap.

:)


Labels:

Desember



 

Tau tidak, apa yang hebat dari Desember?

Adalah senja-nya.

Menghantarkan dedaunan yang rindu dipeluk bumi.

Simbol penghormatan pada semburat jingga yang hadir membawa perenungan. Menghipnotis logika.


Sukma dibiarkannya berbisik sendu, tentang asa yang dulu pernah patah lalu terburai.

"Esok, matahari masih kan tetap bersinar terang."



Tau tidak, apa yang hebat dari Desember ?

Dialah, Arunika.

Menyapa jiwa yang penuh asa.

Mengantarkan mereka ke mimpi,

Mimpi yang mereka rajut di kala senja hingga tertutup mata.

"Senja, tunggu saja. Ada sebuah asa yang hendak memelukmu."



Dalam bingkai berbalut lembaran putih,

Pada goresan tinta yang menari membujuk takdir.

Katanya, ada cita yang hendak dituju. Asa dan harap dibawanya berlari.

Sayang, saat jiwanya menggebu;

Nestapa hadir memaksa menjadi teman.

Tersandung, tersuruk. Layu bagai kembang tak dapat minum.



Tapi, ini bukan waktu yang tepat untuk berhenti.

Bahkan meskipun nestapa membuatmu berlari tanpa kaki.

Asa harus tetap mengangkasa.

Do'a harus lebih kencang dari suara singa.

Dan jiwa juang harus tetap terbang.

Jangan sampai hilang :)



Dan lagi, 

Ini bukan waktu yang tepat untuk berhenti.

Biarkan terbang tinggi.

Puing-puing impian yang telah tersiasati,

Mengungkung cakrawala, memberi ruang untuk semesta berbicara.

Menikmati semua rasa,

Menari menembus lorong-lorong waktu, melesat jauh mengangkasa.



Terimakasih. Telah memberi setitik warna dalam hidup.

Pada hakikatnya, Desember adalah akhir. 

Namun cukup awal untuk memulainya.

Kini kan ku biarkan asa dan rasa mencari jalannya sendiri.

Entah berlabuh, atau mati. 

Entah terbang, atau terpendam.

Entah.

#

#

#


Yumba Larasati X Broniest.com

Desember.


:)



Labels:

Tuesday, December 8, 2020

Puisi - Widya

 

WIDYA

by: Afrida yeni


Widya namanya

Tantanglah berdebat 

Mulutmu pasti dijahit rapat

Ajaklah kepesta

Tanganmu akan digenggam erat

Ajaklah bicara

Akan ia bicarakan dirinya dengan Jumawa

Bawalah ia ke penguasa

Akan ia jilat sampai ke sepatu-sepatu mereka


Siang disekolah

Malam dipengungsian

Lalu sore mampir untuk rapat membahagiakan umat

Awas jangan pernah menyalahkannya

Kamu bisa diceramahi

Karena ia manusia semi dewa


Widya ya Widya

Sungguh besar jasanya

Meski dibalik itu

Ia mengantongi uang derita 

Uang yatim piatu

uang tunawisma

Dan uang para korban yang terluka


Widya ya Widya

Berhentilah mengumpulkan harta di puing-puing derita

Saturday, December 5, 2020

Puisi - Ada "Asa" didalam Binasa

 


Meraki merajut menuju kulminasi khatulistiwa.

Arunika.

Aku yang tak pernah tau, dimana wajahku akan terpampang.

Entah di surga atau neraka

Abstrak.

Menunggu detik seperti debu.

Beterbangan menjahit asa.

Lumpuh di tengah aksara.


Di antara gemerlapnya bumi, tersimpan sebuah nestapa.

Berlari-lari Mencari-cari sudut sempurna.

Terbang kesana-kemari melintasi angkasa.

Bertemu satu mencari lainnya.


Dengarkan, suara simfoni dari angkasa yang membalikkan ufuk,

Timur menjadi barat.

Letih, menunggu asa menuju binasa.


" Ada asa didalam binasa."

Broniest.com

Dec 5, 2020


Labels:

<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://broniest.com

Sorry for the inconvenienceโ€ฆ

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service