Thursday, February 25, 2021

Tuhan, Kau harus patuh ~ Sevilen Hammod

 


24 jam;

Sepertiga dari itu semua untukku terpejam

Saat itu juga, tiada waktu untukku memikirkan-Mu

Itu sebabnya sebelum mata terpejam, ku rapal sebait do'a:

Do'a yang seperti perintah kepada-Mu;

Dan Engkau pun harus mau dan setuju.


Ah.. Ya Tuhan, Kau harus patuh pada manusia.

Aku manusia, aku mana bisa apa-apa.

Jika bukan Kau siapa lagi yang menjaga kala ku terpejam ?

Siapa lagi yang bisa menjaga darah ini terus mengalir?

Siapa juga yang bisa mempertahankan detak jantungku ?

Mengurusku, hingga pagi lalu membangunkan-ku.

Siapa lagi ? Tidak ada.

Itu sebabnya Engkau harus patuh dengan perintahku, manusia.


24 jam;

Sepertiga lagi adalah waktuku bekerja.

Aku mana sempat memikirkan-Mu dan aku tidak peduli.

Satu hal yang pasti, Tuhan;

Ku rapal sebait do'a lagi untuk Kau turuti:

Buat hari ini lancar;

Mudahkan dalam pekerjaan;

Jauhkan dari bahaya;

Dan buat aku kaya.



Ah.. Ya Tuhan. Sekali lagi Kau harus patuh pada manusia.

Aku manusia, aku mana bisa apa-apa.

Jika bukan Kau yang menguatkan ragaku, siapa lagi?

Jika buka dari kekayaan-Mu, darimana lagi aku dapat kekayaan ?

Jika bukan karena Engkau yang harus patuh dan melaksanakan semuanya, siapa lagi? 

Tidak ada.

Itu sebabnya Engkau harus patuh pada perintahku, manusia.


24 jam;

Sepertiga terakhir.

Waktu untukku istirahat dan menikmati waktu.

Tuhan, tolong jangan ganggu.

Aku tidak punya waktu memikirkan-Mu.

Ah.. Ya Tuhan.

Turuti saja perintah dariku yang ku bungkus dalam sebait do'a.



Puisi;

"Tuhan, Kau harus patuh."

www.broniest.com

Riau

26 Februari 2021

@sevilen.hammod 




Labels: ,

Thursday, January 21, 2021

Puisi - Aku dan Do'a

 



Membuka mata lalu berdoa.

Dengan segala penuh harap ku layangkan pada Tuhan.

Mengais kata-kata yang menurut nafsu akan diterima sebuah do'a.

Menjadikan Tuhan sebagai budak harapan.

Mengakui kebesaran akan kekuatan-Nya.

Namun kupaksa mengabulkan segala permintaan.

Seolah-olah Tuhan tidak memiliki daya dan kekuatan.


Do'a ku selalu ku ulang-ulang 

Berharap Tuhan mendengarkan;

Aku benar-benar lupa diri sebagaimana Tuhan ku itu;

Maha Mendengarkan.


Aku bingung hidup di dunia ini.

Maka setiap hari aku berdoa.

Aku berdoa setiap hari.

Sampai aku sendiri lupa kapan terakhir kali mengaji;

Mengkaji;

Memahami yang telah Tuhan tulis dan diturunkan ke bumi.


Ku puja dan ku puji, kucari para wali Tuhan untukku mengabdi.

Kucari ke ujung negeri berharap kutemui seorang wali.

Sampai ku sadar diri seorang wali yang diturunkan Tuhan untukku mengabdi;

Adalah orang tua sendiri.


Setiap hari aku sengsara, maka aku berharap setiap hari kepada-Nya.

Memberiku setitik bahagia yang mampu menerimaku apa adanya.

Kucari sambil berdoa, diam-diam Tuhan memberinya dalam bentuk yang tak bisa dikatakan oleh kata-kata;

Cinta.


Duniaku sepi, terasa sunyi.

Aku minta pada-Nya.

Ia kirim banyak manusia, ada yang pemarah, pemalu, perindu, pencemburu, juga pecandu.


Kini aku dan Tuhan selalu duduk bersampingan, berjalan berdampingan. Aku menceritakan masalahku pada-Nya, dan Ia menceritakan masalah-Nya padaku.

Ternyata masalahku tak lebih sepele dari masalah-Nya mengatur dunia.


Dan.. Sudah sehari.

Waktunya mataku untuk ku tutup kembali.

Berharap pada Tuhan lagi meskipun ia pasti masih ingat do'a-ku kemarin yang ku ulang lagi.

Kurasa Tuhan tidak akan bosan saat namamu lagi yang ku sebut kan. 

Selamat tidur.


Kamis, 21 Januari 2021

Terimakasih kepada Allah SWT.

Alhamdulillah Ya Rabb.


© Sevilen Hammod

www.broniest.com

"Mari beribadah puisi."

Labels: ,

Monday, January 11, 2021

Aku Ingin Menjadi - Nvsa -

 


Nvsa

Aku ingin jadi batu

Kelak bila kau mati

Biarkan aku tegak 

Sebagai batu nisanmu


Aku ingin menjadi tanah

Kelak bila kau mati

Biarkan aku digali

Sebagai makammu


Aku ingin jadi rindu

Benang ghaib 

Yang menghubungkan 

Antara kau dengan

Air mataku


Aku ingin jadi cinta

Bejana ghaib yang menampung

Antara kau dengan tangisku


Aku ingin jadi waktu

Yang berdetak di usiamu


Aku ingin jadi usia di kehidupanmu.


Nvsa || 04 09 20

www.broniest.com


Labels:

Thursday, December 17, 2020

Poetry - Aku




 Aku.

sang wanita di tengah malam.

Tenang memandang bulan.

Berharap purnama datang.

Senyum sapa berakhir pelukan.

Menghangatkan.


Aku.

Sang wanita duduk sepi.

Ditemani rindu menggelayuti.

Meratapi sendu mengisi hati.

Mencintai ,dengan harap kembali.

Sulit di mengerti.


Aku.

Sang wanita dengan keteguhan hati.

Menanti kekasih yang dulu pergi.

Tanpa ragu menyelimuti.

Tak peduli akan sakit nya hati.

Menunggu tanpa memaling diri .

Mengapa begini.


Aku.

Sang wanita yang dulu kau puja.

Dengan segala keindahan kata.

Perhatian dan cinta mesra.

Cinta pertama yang pernah bertahta.

Mengapa merana.


Aku.

Sang wanita yang terlalu setia.

Menunggu takdir cinta.

Yang terencana dalam kitab langit Nya.

Berharap cintanya kembali bersua.

Dengan insan yang dirindunya.

Semoga.


Aku.

Sang wanita yang ingin kau tau.

Bahwa ia setia menunggu.

Dirimu kembali merindu.

Menempati relung hatiku.

Cintamu yang terindah .

Bahagia kembali merekah.

Mungkinkah.

#

#


Penulis :

Zulfah N.N

Cilacap.

:)


Labels:

Desember



 

Tau tidak, apa yang hebat dari Desember?

Adalah senja-nya.

Menghantarkan dedaunan yang rindu dipeluk bumi.

Simbol penghormatan pada semburat jingga yang hadir membawa perenungan. Menghipnotis logika.


Sukma dibiarkannya berbisik sendu, tentang asa yang dulu pernah patah lalu terburai.

"Esok, matahari masih kan tetap bersinar terang."



Tau tidak, apa yang hebat dari Desember ?

Dialah, Arunika.

Menyapa jiwa yang penuh asa.

Mengantarkan mereka ke mimpi,

Mimpi yang mereka rajut di kala senja hingga tertutup mata.

"Senja, tunggu saja. Ada sebuah asa yang hendak memelukmu."



Dalam bingkai berbalut lembaran putih,

Pada goresan tinta yang menari membujuk takdir.

Katanya, ada cita yang hendak dituju. Asa dan harap dibawanya berlari.

Sayang, saat jiwanya menggebu;

Nestapa hadir memaksa menjadi teman.

Tersandung, tersuruk. Layu bagai kembang tak dapat minum.



Tapi, ini bukan waktu yang tepat untuk berhenti.

Bahkan meskipun nestapa membuatmu berlari tanpa kaki.

Asa harus tetap mengangkasa.

Do'a harus lebih kencang dari suara singa.

Dan jiwa juang harus tetap terbang.

Jangan sampai hilang :)



Dan lagi, 

Ini bukan waktu yang tepat untuk berhenti.

Biarkan terbang tinggi.

Puing-puing impian yang telah tersiasati,

Mengungkung cakrawala, memberi ruang untuk semesta berbicara.

Menikmati semua rasa,

Menari menembus lorong-lorong waktu, melesat jauh mengangkasa.



Terimakasih. Telah memberi setitik warna dalam hidup.

Pada hakikatnya, Desember adalah akhir. 

Namun cukup awal untuk memulainya.

Kini kan ku biarkan asa dan rasa mencari jalannya sendiri.

Entah berlabuh, atau mati. 

Entah terbang, atau terpendam.

Entah.

#

#

#


Yumba Larasati X Broniest.com

Desember.


:)



Labels:

Saturday, December 5, 2020

Puisi - Ada "Asa" didalam Binasa

 


Meraki merajut menuju kulminasi khatulistiwa.

Arunika.

Aku yang tak pernah tau, dimana wajahku akan terpampang.

Entah di surga atau neraka

Abstrak.

Menunggu detik seperti debu.

Beterbangan menjahit asa.

Lumpuh di tengah aksara.


Di antara gemerlapnya bumi, tersimpan sebuah nestapa.

Berlari-lari Mencari-cari sudut sempurna.

Terbang kesana-kemari melintasi angkasa.

Bertemu satu mencari lainnya.


Dengarkan, suara simfoni dari angkasa yang membalikkan ufuk,

Timur menjadi barat.

Letih, menunggu asa menuju binasa.


" Ada asa didalam binasa."

Broniest.com

Dec 5, 2020


Labels:

Wednesday, September 9, 2020

Puisi - Fiksi

 


Kala itu, hujan mengantarku ke sebuah lini masa

Aku duduk di sebuah birai;

Sembari membayangkan bulir-bulir hujan memiliki ragam warna.

Tubuhku dingin;

Hatiku mengucap;

Klandestin;

Petrikor masih tercium jelas;

Bayangmu, masih tergambar jelas;

Basah kuyup ku dirundung redup;

Mendung merenggut;

Jam satu siang kala itu kau pergi meninggalkanku.

Ya,

Kau adalah salah satu efemeral yang ku jadikan nyata di dunia ini.

Kau adalah fatamorgana.

Kau hanyalah fana.

Sore menjemput-ku, dersik membangunkan aku dari mimpi burukku.

Birai tak melambai;

Hujan tak berwarna;

Aku masih duduk disini.

Meraki;

Sepai.


"Fiksi"

9 September 2020 || 22:22

© www.broniest.com

Labels: , ,

Friday, September 4, 2020

Puisi - Waktu

 


Waktu berjalan begitu saja secara perlahan.

Namun mampu Melangkahi langkahku yang ambigu

Jalanku panjang;

Sepanjang jalan kenangan yang dibasahi oleh air mata hujan.

Detik ini adalah masa lalu.

Lalu, apa yang aku punya ?

Mereka bilang aku hanya punya saat ini.

Hari ini adalah kemarin, sedang besok adalah sekarang ini.

Bahkan ketika aku mulai menuliskan kata "waktu" di awal tadi;

Aku telah membuang "waktu" itu sendiri.

Lalu apa yang aku punya ?

Aku bergelut dengan waktu, semata-mata untuk menggenggamnya;

Ku pegang ia dengan jari jemari kecil ini;

Mencoba menghentikannya untuk beberapa saat;

Aku injak-injak ia berkeping-keping;

Ku patahkan kakinya;

Supaya berhenti berjalan.

Namun waktu terus saja berlari;

Tanganku tak kuat lagi menggenggamnya;

Kakiku tak bisa lagi mengejarnya;

Tau-tau umurku sudah tua.

Kulitku kering, keriput dan meronta-ronta.

Sedang waktu tak pernah merasa iba.


© Broniest 2020

"Waktu"

4 September 2020 || 23:38

Labels: , ,

Saturday, August 8, 2020

Puisi : Termaktub dalam Redum

 

Labels:

Wednesday, August 5, 2020

Puisi : Aku Ingin



Aku ingin menulis sebanyak-banyaknya tentang kamu..
Aku ingin menulis sebanyak-banyaknya tentang apa yang kurasakan padamu..
Aku ingin menulis segalanya tentang kamu..
Tentang apa yang tak mampu kuucapkan..
Tentang apa yang tak berani aku katakan..
Tentang rasa sakit yang ku pendam..
Tentang rasa rindu yang tertanam..
Segalanya tentang kamu..

Tapi,
Apakah itu cukup?
Apakah itu cukup menarik perhatian kamu?
Apakah bait-bait itu sampai kepadamu?
Apakah suaraku terdengar olehmu?

Hey, beritahu aku.. 
Cukupkah catatan berdebu ini membawamu kepadaku?

- bukan ini yang aku mau, tapi dunia itu kejam, bukan?

5 Agustus 2016
Broniest Dakochan

Labels: ,

Monday, August 3, 2020

Puisi : Akhir



Akan kukatakan...
Sebuah kalimat indah tak bertuan...
Dimana senja mengiringi tiap langkah...
Dan pagi yang terus menyapa tanpa lelah...
•••
Salah langkah adalah hal biasa...
Sudah kodratnya manusia untuk mencoba...
Urusan akhir hanya ada di tanganNya...
Kita bisa apa..??
•••
Ada sajak dan ada rima...
Bersatu indah dalam rajutan kata...
Kata tak bermakna yang menghiasi dunia...
Seolah dunia adalah segalanya...
Tapi untuk urusan duniaNya..???
•••
Akhirat namanya...
Di awali kata "akhir" yang tersirat di KitabNya...
Memang tak terlalu bermakna kata itu...
Tapi jika itu akhir Alam Semesta...
Kita bisa apa ...???
•••
©Broniest_creation support by Dlongoop™

3 Agustus 2016

Labels: ,

Friday, July 31, 2020

Puisi : Dua Puluh Tiga



Akhir dari Juli.
Dua. Puluh. 
Yang ketiga.
Dekat, tak bertatap muka.
Tak lempar sapa.
Awal dari Agustus.
Jangan menyerah.
Harapan tak akan pupus.
Teruslah berserah.
Bagaimana kalau kita membuat rencana?
Di waktu menunjukkan jam dua puluh tiga, tanggal delapan. 
Kita saling menyapa.
Menghilangkan perih dan nestapa.
Bahwa kita saling mencinta.

IG
@sevilen.hammod 


❤️❤️❤️

Labels:

Sunday, July 12, 2020

Puisi : Puisi



Aku seorang penulis yang malas.
Tapi aku seorang pemikir.
Rasanya lebih mudah menuliskan sesuatu di pikiran daripada di atas kertas.
Maka dalam satu tahun ku pikirkan, hanya sepatah kata yang tergores di kertas.
Sisanya? Lenyaap di telan peradaban.

Aku seorang penulis yang malas.
Ku tulis satu atau dua kalimat, lalu aku pergi dengan cepat.
Kamu, bergegaslah dalam membaca tulisanku.
Sesekali ku ingin kau baca saja lalu lari secepat mungkin.
Mengejar-ku yang berlari-lari mencari kata.
Berlari-lari untuk mendapatkan sebuah kalimat sederhana.
Berkelana mencari sebuah kosa kata.

Aku adalah penulis yang malas.
Mungkin, dalam seluruh hidupku hanya akan ada satu nama.
Tak banyak kalimat.
Tak membentuk paragraf.
Sepatah kata yang membentuk kamu yang aku cinta.
Sepatah kata yang ku sebut itu...
Puisi.

Riau, 12 Juli 2020
Broniest Dakochan

Labels: , ,

Sunday, July 5, 2020

Puisi : Dunia Tak Lagi Sama



Dunia sudah tidak lagi sama
Kenapa cinta harus hadir di tengah-tengah kita
Sedangkan engkau tak pernah menginginkannya
Kini kau pergi, setelah melihat sisi-sisi gelapku di dunia

Dunia tak lagi sama
Kini kau memandangku sebagai manusia yang hina
Mencintaimu dengan membabi buta,
dan memandangmu sebagai berhala.
Ku sembah kau.
Ku berikan segala-galanya.
Dari aku sebagai seorang hamba. 

Ku cintai kau dengan membabi buta.
Tak memandang sisi-sisimu yang hina.
Bukankah, jika akulah yang di sisimu,
kau akan merasa terhina?

Tentu saja, aku melihat dari raut wajahmu.
Ketika disampingku.
Senyum manis kepada dunia.

Riau 
5 Juli 2020

Labels:

Sunday, June 28, 2020

Puisi : Kau siapa ?



Fatamorgana..
Cakrawala..
Semesta..
Rasa..
Pena.. 
Titik..
Tinta..
Ah, apasih itu semua..
Terasa asing di kepala, namun anehnya aku suka
Begitu banyak hal yang tidak bisa dijelaskan
Tapi beda dengan rasa penasaran
Semakin aku tidak tau
Aku semakin ingin tau
Semakin pula, aku menjadi sosok yang ambigu

Wajahmu..
Senyummu..
Ucapanmu..
Dan semua yang tak ku tau
Tentangmu..

Siapa kau ?
Berani mengorbit duniaku sepanjang waktu
Mengisi otakku dengan rapalan kalimat manja
Mengusik waktu tidurku menjelang senja
Menenggelamkan aku di dalam cahaya
Sosokmu, biar saja dimakan waktu..
Biar aku yang menanggung segala hal yang ambigu.

Riau, 29 Juni 2020
02:00

Labels: , , ,

Saturday, June 27, 2020

Puisi : Mahluk Luar Angkasa



Aku lahir di luar angkasa.
Itu alasan yang cukup untuk kau menerimaku.
Karena bagiku kau satu-satunya.

Hanya karena kau mahluk bumi, bukan berarti kita
Tidak bisa bersama.
Hanya saja.
Meskipun aku sudah memutuskan untuk turun ke bumi.
Berjuta kali kita berpapasan.
Masih saja tak beriringan

Repot sekali menjadi mahkluk bumi.
Aku harus mengatur diri sedemikian rupa agar orang lain 
Yang melihatku tak merasakan luka.
Meskipun tetap saja.
Sudah ribuan kali aku merubah cara dan rupa.
Kita masih tidak bisa bersama.

Aku harus kembali lagi ke luar angkasa.
Biar aku menjadi diriku sendiri.
Memeluk mahluk bumi di tengah malam gelap.

Riau, 28 Juni 2020
Broniest.

Labels: ,

Wednesday, April 1, 2020

[ PUISI] Mati di Mimpi



Aku melihatnya
Tak tinggi namun juga tak terlalu rendah
Patung seukuran anak domba bertuliskan sebuah nama
''Gawat, habis ini pasti aku-lah yang akan tinggal nama"
Jantung berdetak dahsyat, tersirat bahwa keadaan tidak baik-baik saja

Pedang di genggaman, liang di depan mata.
Darah mengalir deras, Tanganku terikat di belakang.
Tanpa banyak suara, terpotonglah leher dan berhentilah umurnya.
Namun darah yang mengalir tak mau berhenti.

Suasana sore semakin gelap.
Mataku sudah tak lagi bisa berharap,
memandang kepala yang terpisah dari badan-nya.
Di depan kepala liang lahat siap untuk menguburnya.

ohh..
Sekarang adalah giliranku.
Tuan, bisakah kau tunda sehari saja.?
Rasanya darahku tak mau mengalir.
Aku membeku di antara dinginnya malam dan panasnya hawa.

Malam itu menjadi saksi dimana kematian berada di ujung mata.
sedangkan kebaikan yang ku lakukan tak berguna.
Aku terbangun dari terpejamnya mata.
Mimpiku pecah.
Jika hari ini aku telah mati.
jadilah saksi bahwa setiap hidup membutuhkan
kehidupan yang menghidupkan.

Labels: , , , , , , , , , , , ,

Thursday, March 28, 2019

[Puisi] "Aku Fatamorgana"







Lihatlah aku dari kejauhan. 
Terlihat indah menari-nari penuh harapan. 
Tak peduli terik matahari ataupun basah rintik hujan.
Ku kan tetap menari meski hujan kan menghapusku. 
Tak di ingat, tak di anggap.
Bahwa aku ada, bahwa aku masih ada. 
Ketika terik itu muncul, aku datang. 
Lagi. 
Melanjutkan tarianku di tengah jalanan. 
Dan kau hanya bisa melihatku dari kejauhan. 
Tolong datang, peluklah aku. 
Aku selalu sendirian. 
Kau datang. Aku hilang.


Pluviophile



Monday, March 25th 2019

Labels:

Thursday, April 5, 2018

Puisi " Manis dan Pahit "




Tulisan ketika akan menghadapi ujian tahun lalu 😁


••••
Untuk kesekian kalinya, ayam di pagi hari bernyanyi menyambut datangnya pagi.. Tidak terasa malam pun berganti.. Selalu ada yang namanya awal cerita untuk sebuah akhir dari cerita.. Dan selalu ada penyesalan di balik suatu kesalahan.. Tapi itulah cerita.. Selalu ada klimaks di antaranya, yang membuat cerita itu kian indah di hati penikmatnya..
•••••
Tidak terasa memang... Cerita kita sudah berada di halaman belakang.. Bukankah itu tanda akan berakhirnya sebuah cerita..? Sungguh tidak adil, ketika kita merasakan nikmatnya bersama.. Kita harus dipisahkan oleh waktu dan keadaan.. Meski begitu, kuharap cerita kita tak berakhir sepahit itu bukan.. Yang mau tak mau harus saling meninggalkan untuk mencari arti kehidupan... Mungkin terlalu kasar jika kusebut saling meninggalkan, tapi itu kenyataan... Atau mungkin lebih baik kusebut itu dengan " perpisahan " ....
•••••
Kehidupan harus terus berjalan.. Selama kita tidak saling melupakan, tentu tidak ada yang namanya tangis dalam diam.. Sungguh sayang saat kau melupakan kenangan yang hanya sekali dalam kehidupan dan tak mungkin terulang... Sebodoh apa dirimu di antara bangku dan kursi dengan pensil dan rautan yang menjadi teman... Ketika kau melupakan rasanya tiga tahun tertulis cerita yang menakjubkan... Sungguh kawan, jangan pernah kau lupakan itu...
•••••
Sukses dan kaya uang tak menjamin kita akan bertemu.. Jujur saja, kesuksesanmu tak luput dari bantuan teman sebangkumu... Bukankah itu benar kawan ..?
•••••
Sekarang tinggal menunggu penutup akhir dari cerita kita.. Terlalu singkat memang, namun jika di tuliskan akan terlalu panjang... Masa-masa kita tidak berhenti setelah cerita ini berakhir... Percayalah, akan ada cerita baru yang menanti di masa depan... Intinya, Selamat Berjuang menghadapi UN kawan :D :D
•••••
" Manis Untuk Pahit, karena pahitnya kehidupan akan terobati dengan manisnya rasa rindu untuk seseorang. "

" Manis dan Pahit "
Selasa, 7 Maret 2017 || 04:31 A.M

Labels: , , , , , , , , , ,

Wednesday, April 4, 2018

Puisi " Taman Puisi Penuh Warna"







Jika kamu menyukai bunga Aku ingin membuatkanmu sebuah taman, meskipun tidak berwarna.. Jika kamu menyukai alunan musik Aku ingin membuatkanmu sebuah lagu, meski kacau tanpa irama.. Jika kamu suka indahnya sastra Aku akan membuatkanmu sebuah puisi, meskipun sunyi tanpa isi.. Semua itu kulakukan untuk alasan rasa Rasa perasaan.. Yang tak mampu digambarkan oleh Leonardo Da Vinci ataupun dijelaskan dengan teori relativitas Einstein.. Bahkan ketangguhan Enigma tak mampu menerjemahkannya.. Ini bukanlah sebuah sastra puisi yang indah untuk dibaca Ini tentang catatan rasa... Jika rasa ini terhadapmu selalu sama, maukah "Kamu" menemaniku menciptakan Taman Puisi Penuh Warna ? .
" Taman Puisi Penuh Warna " Selasa, 11 Juli 2017 || 01:47 AM

Labels: , , , , , , , , , ,

<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://broniest.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service