[ PUISI] Mati di Mimpi
Aku melihatnya
Tak tinggi namun juga tak terlalu rendah
Patung seukuran anak domba bertuliskan sebuah nama
''Gawat, habis ini pasti aku-lah yang akan tinggal nama"
Jantung berdetak dahsyat, tersirat bahwa keadaan tidak baik-baik saja
Pedang di genggaman, liang di depan mata.
Darah mengalir deras, Tanganku terikat di belakang.
Tanpa banyak suara, terpotonglah leher dan berhentilah umurnya.
Namun darah yang mengalir tak mau berhenti.
Suasana sore semakin gelap.
Mataku sudah tak lagi bisa berharap,
memandang kepala yang terpisah dari badan-nya.
Di depan kepala liang lahat siap untuk menguburnya.
ohh..
Sekarang adalah giliranku.
Tuan, bisakah kau tunda sehari saja.?
Rasanya darahku tak mau mengalir.
Aku membeku di antara dinginnya malam dan panasnya hawa.
Malam itu menjadi saksi dimana kematian berada di ujung mata.
sedangkan kebaikan yang ku lakukan tak berguna.
Aku terbangun dari terpejamnya mata.
Mimpiku pecah.
Jika hari ini aku telah mati.
jadilah saksi bahwa setiap hidup membutuhkan
kehidupan yang menghidupkan.
Labels: bunga, catatan, diskusi, kata, kata mutiara, poetry, prosa, puisi, puisi bagus, puisi cinta, puisi keren, sajak, taman
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home