Wednesday, September 9, 2020

Puisi - Fiksi

 


Kala itu, hujan mengantarku ke sebuah lini masa

Aku duduk di sebuah birai;

Sembari membayangkan bulir-bulir hujan memiliki ragam warna.

Tubuhku dingin;

Hatiku mengucap;

Klandestin;

Petrikor masih tercium jelas;

Bayangmu, masih tergambar jelas;

Basah kuyup ku dirundung redup;

Mendung merenggut;

Jam satu siang kala itu kau pergi meninggalkanku.

Ya,

Kau adalah salah satu efemeral yang ku jadikan nyata di dunia ini.

Kau adalah fatamorgana.

Kau hanyalah fana.

Sore menjemput-ku, dersik membangunkan aku dari mimpi burukku.

Birai tak melambai;

Hujan tak berwarna;

Aku masih duduk disini.

Meraki;

Sepai.


"Fiksi"

9 September 2020 || 22:22

Ā© www.broniest.com

Labels: , ,

Sunday, July 12, 2020

Puisi : Puisi



Aku seorang penulis yang malas.
Tapi aku seorang pemikir.
Rasanya lebih mudah menuliskan sesuatu di pikiran daripada di atas kertas.
Maka dalam satu tahun ku pikirkan, hanya sepatah kata yang tergores di kertas.
Sisanya? Lenyaap di telan peradaban.

Aku seorang penulis yang malas.
Ku tulis satu atau dua kalimat, lalu aku pergi dengan cepat.
Kamu, bergegaslah dalam membaca tulisanku.
Sesekali ku ingin kau baca saja lalu lari secepat mungkin.
Mengejar-ku yang berlari-lari mencari kata.
Berlari-lari untuk mendapatkan sebuah kalimat sederhana.
Berkelana mencari sebuah kosa kata.

Aku adalah penulis yang malas.
Mungkin, dalam seluruh hidupku hanya akan ada satu nama.
Tak banyak kalimat.
Tak membentuk paragraf.
Sepatah kata yang membentuk kamu yang aku cinta.
Sepatah kata yang ku sebut itu...
Puisi.

Riau, 12 Juli 2020
Broniest Dakochan

Labels: , ,

Sunday, June 28, 2020

Puisi : Kau siapa ?



Fatamorgana..
Cakrawala..
Semesta..
Rasa..
Pena.. 
Titik..
Tinta..
Ah, apasih itu semua..
Terasa asing di kepala, namun anehnya aku suka
Begitu banyak hal yang tidak bisa dijelaskan
Tapi beda dengan rasa penasaran
Semakin aku tidak tau
Aku semakin ingin tau
Semakin pula, aku menjadi sosok yang ambigu

Wajahmu..
Senyummu..
Ucapanmu..
Dan semua yang tak ku tau
Tentangmu..

Siapa kau ?
Berani mengorbit duniaku sepanjang waktu
Mengisi otakku dengan rapalan kalimat manja
Mengusik waktu tidurku menjelang senja
Menenggelamkan aku di dalam cahaya
Sosokmu, biar saja dimakan waktu..
Biar aku yang menanggung segala hal yang ambigu.

Riau, 29 Juni 2020
02:00

Labels: , , ,

Wednesday, April 1, 2020

[ PUISI] Mati di Mimpi



Aku melihatnya
Tak tinggi namun juga tak terlalu rendah
Patung seukuran anak domba bertuliskan sebuah nama
''Gawat, habis ini pasti aku-lah yang akan tinggal nama"
Jantung berdetak dahsyat, tersirat bahwa keadaan tidak baik-baik saja

Pedang di genggaman, liang di depan mata.
Darah mengalir deras, Tanganku terikat di belakang.
Tanpa banyak suara, terpotonglah leher dan berhentilah umurnya.
Namun darah yang mengalir tak mau berhenti.

Suasana sore semakin gelap.
Mataku sudah tak lagi bisa berharap,
memandang kepala yang terpisah dari badan-nya.
Di depan kepala liang lahat siap untuk menguburnya.

ohh..
Sekarang adalah giliranku.
Tuan, bisakah kau tunda sehari saja.?
Rasanya darahku tak mau mengalir.
Aku membeku di antara dinginnya malam dan panasnya hawa.

Malam itu menjadi saksi dimana kematian berada di ujung mata.
sedangkan kebaikan yang ku lakukan tak berguna.
Aku terbangun dari terpejamnya mata.
Mimpiku pecah.
Jika hari ini aku telah mati.
jadilah saksi bahwa setiap hidup membutuhkan
kehidupan yang menghidupkan.

Labels: , , , , , , , , , , , ,

Tuesday, April 3, 2018

Puisi Dari Pojokan Kamar

Puisi Dari Pojokan Kamar



Seperti biasa setiap hari di ujung malam
Kehidupan yang sangat membosankan
Masa kecil selalu menjadi idaman
Ketika tidur ditemani seorang ibu di tiap malam

Dulu begitu mudah untuk bermimpi
Dengan polosnya Aku mengucap kata dari hati
Tidak peduli apa kata orang lain, mimpi tetaplah mimpi
Hingga muncul perasaan semangat untuk mengejar sebuah mimpi yang sunyi

Sampai pada akhirnya Aku mencoba berlari untuk mengejarnya
Tidak peduli harus jatuh bangun hanya untuk mengejar dunia yang maya
Jatuh bangun tiap hari kulalui dengan hati bahagia
Berharap apa yang ku kejar tercapai dengan segera

Bak mentari dari ufuk timur yang telah sedikit meninggi
Indah namun menyilaukan
Seperti itulah dunia

Labels: , , , , , , , , , , , ,

<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://broniest.com

Sorry for the inconvenienceā€¦

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service